Widia's Story: Site Visit Amamapare Papua

By Widia Anggraeni - August 07, 2022

Hi, 


Sudah lama sekali nih Penulis tidak berbagi cerita di blog ini. Sebelum ke inti cerita site visit, sedikit kilas balik yang mana pandemi benar-benar merubah segalanya, banyak teman penulis yang kehilangan keluarga tercintanya selama badai ini. Sementara selama 2022 ini, meskipun varian omicron masih ada, namun pelonggaran travelling baik regulasi hingga imigrasi makin terbuka. 

Ingat sekali di akhir tahun 2019 sebelum pandemi, Penulis ingin sekali berkunjung ke Indonesia Timur baik Maluku atau Papua. Di tahun 2020, Penulis hampir saja berangkat ke Saumlaki, Maluku Tenggara, namun karena Pandemi menerpa semua gagal (Bahkan mimpi dan target-target kehidupan itu satu persatu mulai berjatuhan hehe). Di tengah 2021, dengan mempertimbangankan kesempatan karir yang lebih baik, Penulis resign dari Perusahaan sebelumnya dan beralih ke Industri Power and Energy.

Jadi, setelah satu tahun bergabung di Perusahaan Pembangkit Listrik asal Finlandia ini, Penulis memperoleh kesempatan untuk mengunjungi salah satu proyek yang sedang berjalan yaitu Portsite Dual Fuel Power Plant, Amamapare, Papua.

Flight ditempuh selama 6 jam termasuk 30 menit transit di Makassar (Dah berasa mau ke flight ke Tawan ya, tapi masih Indonesia gaesss). Pukul 19.00 WIB Penulis langsung booking grabcar ke Bandara meskipun boarding timenya 22.15 WIB. Selama perjalanan Penulis mencoba untuk istirahat sebelum besok lanjut beraktifitas. Keessokan harinya 07.10 WIT kami mendarat di Bandara Mozes Kilangin Timika, oiya sebelum mendarat nih ada pemandangan yang sangat menarik Pegunungan Jaya Wijaya yang amat sangat indah, deretan pegunungan yang tampak tajam dan bertumpuk berbeda sekali dengan morfologi pegunungan di Sumatera maupun Jawa.  Amazinggg! (sayangnya penulis tidak mengambil foto sama sekali huhu).


Belajar geologi sedikit yuk, Ya tentu saja berbeda, jika ditilik kembali ke proses geologi pembentukan daratan Papua ini merupakan hasil proses tumbukan kompleks dari Lempeng Australia ke Lempeng Pasifik pada kala Oligosen and Orogenesa Melanesia. Jadi akibat proses tektonik lampau membuat geomorfologi Papua ini sangat menarik dari bentuknya yang seperti burung, sabuk pegunungan dari leher pulau hingga ekor di Papua Nugini, Puncak yang diselumuti salju abadi dan vegetasi di Pulau terbesar kedua di dunia ini.

Tiba di Bandara Mozes Kilangin, kami langsung dijemput oleh driver dan menuju hotel untuk beberes sebelum melanjutkan Safety Induction di PTFI Airport. Ini nih foto penulis (anak SD ditemenin Bapak-bapak Project Menejer, Site Manager dan Chief Project Engineer). Ini lho Bandara yang terkenal dengan icon Ban Truck tambangnya Freeport Indonesia.


Hari-hari selanjutnya, Petualangan sebenarnya dimulai! sarapan pukul 06.00 WIT (berasa sahur ya gaesss hehe, ini body clock masih WIB soalnya). Menuju ke Portsite harus menggunakan transportasi yang sudah diapprove oleh PTFI, seperti Elf kami dari hotel berkendara sejauh 36km ditempuh selama 50menit kearah selatan via Jalan Portsite yang kanan kirinya beneran masih hutan, pohon sagu yang sampai berbunga, paku-paku yang menjulang tinggi, rimbunnya mangrove hingga hamparan vegetasi rawa yang tumbuh subur di area ini. Setelah 50menit sampailah kita di Pelabuhan, untuk melanjutkan perjalanan kita harus menunggu kapal penumpang dengan 10menit menyebrang.


Yeay, akhirnya menginjakkan kaki di Port Amamapare - Portsite, Mimika, Papua.

Berikut foto-foto penulis dikala kunjungan ke site ini (Oiya, ada eskrim yang menarik hati di siang hari teriknya matahari di Portsite ini). 



Kurang lebih penulis 5 hari disana, Penulis juga bekeliling site mulai dari di office ke laydown area dan powerplant buildingnya. Jadi disana mayoritas pekerjanya cowo, ada cewenya tapi dikit banget, yang team kantorpun semua cowo (apalah penulis si bocah SD mungil cewe satu-satunya ini hehee). Yet, our teams are so kind to me, even they bring me the water and explain me here there and other facilities that I can utilise. Thank you guys!

Oiya satu hal yang menarik lagi adalah, transportasi kembali ke Timika baik kapal maupun mobil sangat bergantung pada pasang-surut. Jadi kaget jam 14.30 WIT dah diajak balik, ternyata ada alarmnya kalau air pasang. Ketika air pasang hingga puncak pasang maka pelabuhan dan jalan terendam air jadi tidak beroperasi. Nih foto penulis yang melewati jalan portsite yang mulai tergenangi air pasang.


Penulis juga tidak lupa keliling kota Timika dan Kuala Kencana sembari mengemban tugas kantor, Cuacanya puanas gaes, gerah, cepet banget berkeringat, pagi cerah tapi ujug-ujug sore ujan (katanya si cuaca di Papua ini tidak ada musim panas atau musim hujan, susah diprediksi). Pas pake kacamata safety juga, baru bentar dipake ngomong udah berembun aja gaess, padahal di siang hari nan terik itu, sepertinya memang humidity di Portsite ini cukup tinggi. 



Dari berkeliling kota Timika, to be honest ya keadaaanya beberbeda dengan di Jawa namun sudah cukup maju ada beberapa mall dan toko-toko besar (susah sinyal indosat hehe, kayaknya penulis harus ganti telkomsel deh hahaha). Selain itu, banyak juga pendatang dari Sulawesi, Maluku maupun Jawa di kota ini tapi harga-harga disini mayan mahal yaaaa, kaget banget liat apel 85rbu/kg namun ya wajar saja karena memang jalur logistik ke Papua ini sangat jauh. Jangan sampai terlewat! mencoba makanan khas Papua yaituuuu... Papeda Kuah Kuning! It's beyond my expectation si, enaakkk! untuk makanan lainnya, alhamdulillah penulis ga ada masalah semua Penulis makan dan enak (y)!


Terimakasih sudah mampir ke blognya Widia :) 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments