Geohazard Site Survey | Geophysicist berperan disini?

By Widia Anggraeni - July 11, 2021


Halo semua!

Pandemi tak kunjung usai ya gaes, baiklah dalam artikel berikut ini sesuai dengan judulnya "Geohazard Site Survey | Geophysicist berperan disini?" Penulis ingin berbagi tentang Apa si Geophysical Site Survey itu? Itu Geophysicist yang akuisisi data? Processing? Sampe Interpretasi? Jawabannya: YAAAPPSSS! BENAR GEOPHYSICISTS DO THAT!

(Penulis sedikit curhat nih, jadi sebelum masuk kantor service survey kelautan, penulis engga tau tuh kalo ada Geophysics buat site survey hiks hiksss, taunya eksplorasi dan eksplorasi hmmm.. mengenaskan sekali yaa kuliah 4,5 tahun tapi buanyak banget gataunya :(. Tapi tenang, semoga dengan tulisan ini, penulis berharap kalian pembaca jadi tau ya kalo ada geofisika cabang ini hehe).


Apa si Geohazard Site Survey itu?

Berdasarkan OGP Guidelines for the conduct of offshore drilling hazard site surveys (2011), Site survey merupakan suatu kegiatan survey yang dilakukan untuk meminimalisir resiko bahaya bagi personel, peralatan/konstruksi dan alam, juga untuk mengidentifikasi keseluruhan potensi kendala dan bahaya  dari buatan manusia, alam dan fitur geologi yang dapat mempengaruhi operasional drilling serta upaya dalam mitigasi potensi risiko tersebut. Apa saja contoh resiko yang diminimalisir yang dapat diidentifikasi dengan Geohazard site survey? Potensi bahaya alam dan geologi seperti adanya shallow gas pocket,channel,  fault, anomaly high pressure, seabed characteristic dan lain lain. Sementara untuk resiko bahaya dari buatan manusia seperti adanya sisa kapal karam, bentukan seabed akibat Rig Move, Trawl anchor, UXO, atau konstruksi seperti pipa atau kabel bawah laut.

Site Survey terdiri dari dua kategori yaitu Digital Survey (HiRes Seismic untuk Pre-Drilling Hazard Investigation) dan Analogue Survey  (Single Beam Echosounder SBES, Multibeam Echosounder MBES, Side Scan Sonar, Sub Bottom Profiler, dan Magnetometer untuk survey survey yang berhubungan dengan seabed clearance untuk pemasangan rig, platform, pipa atau kabel di bawah laut).

Berikut penjelasan satu persatu untuk metode yang digunakan baik Digital maupun Analogue survey

  1. HiRes Seismic Seismic refleksi yang memiliki frekuensi tinggi untuk menghasilkan high resolution dengan target kedalaman 1000-2500 ms. Prinsip akuisisi HiRes seismic seperti akuisisi seismic marine, ketika source (air gun) ditembakan maka gelombang seismic akan merambat dan terefleksikan yang kemudian diterima oleh kumpulan receiver yang disebut streamer. Data yang diperoleh dalam domain time yang kemudian diproses hingga memperoleh hasil akhir dalam bentuk post-stack penampang seismic. Berikut adalah penampang Hires seismic yang memperlihatkan anomaly bright spot yang diidentifikasikan sebagai potensi geohazard.

    Source: Ahmad Farhan Farabi dan Eko Minarto, 2018

  1. Single & Multi Beam Echo Sounder (SBES & MBES)  Baik SBES maupun MBES keduanya memanfaatkan gelombang akustik untuk memperoleh data kedalaman seabed. Prinsipnya gelombang akustik dipancarkan melalui transduser, merambat melalui air - menyentuh seabed akan kembali ke transducer. Perbedaan Single dan Multibeam terletak pada banyaknya beam yang dipancarkan dari instrumen echosounder tersebut. Multibeam memiliki pola penyebaran melebar seperti sapuan beabed yang kemudian diproses untuk menghasilkan peta batimetri kedalaman permukaan dasar laut (seabed). Berikut adalah contoh penampang SBES dan MBES:

    Source: Ahmad Farhan Farabi dan Eko Minarto, 2018

  1. Side Scan Sonar (SSS) Side Scan Sonar merupakan pencitraan grafis permukaan dasar laut yang menggunakan prinsip gelombang akustik yang dipancarkan yang kemudian terekam dalam bentuk sonogram. Citra dari permukaan dasar laut dapat memperlihatkan keberadaan sonar contact pada area yang di survey. Berikut adalah contoh hasil perekaman SSS:

    Source: Ahmad Farhan Farabi dan Eko Minarto, 2018
  1. Sub Bottom Profiler (SBP) Sub Bottom Profiler merupakan metode yang menggunakan gelombang akustik yang dipancarkan kemudian merambat dan kembali ke receiver. Kegunaan dari SBP ini adalah untuk menentukan properti dan karakter geologi (sedimen beberapa meter) di bawah permukaan dasar laut. Spesifikasi yang umum dalam sistem SBP bervariasi berdasarkan target penetrasi kedalaman dan frekuensi yang digunakan antara lain Chirper, Pinger, Bomer, Sparker. Berikut adalah contoh penampang SBP:

    Source: Ahmad Farhan Farabi dan Eko Minarto, 2018

  1. Magnetic Metode magnetic digunakan untuk mengidentifikasi objek-objek yang memiliki sifat kemagnetan. Seperti pipa dan kabel bawah laut yang terkubur yang tidak muncul di metode lain akan terdeteksi anomali magnetiknya sehingga dapat diketahui keberadaan titik tersebut. 


Dari hasil survey kelima metode yang telah dijelaskan di atas, maka dilakukan pengolahan dan interpretasi data untuk mengidentifikasi potensi geohazard. 

Pemisalan akan ada pengeboran pada titik yang telah ditentukan dengan menggunakan Jacukp Rig, maka area dengan luas tertentu (contohnya 1,5 x 1,5 km) dilakukan geohazard site survey untuk melihat kedalaman permukaan dasar laut, kemudian mengidentifikasi potensi hazard seabed apakah jalur masuk rig tidak ada halangan, lalu sedimen pada area tersebut terdiri dari sedimen seperti apa, kemudian dari HiRes & SBP dapat diidentifikasi geologi character seperti pocket gas (dapat memicu blowout) ataupun channel yang dapat mengakibatkan amblesan. 

Setelah semua interpretasi terintegrasi maka disusunlah risk hazard assessment dengan menentukan potential risk berdasarkan matrix risk dan potential hazardnya (misal anomali brightspot (shallow gas) ditemukan pada lintasan X dengan jarak X dari titik proposed drilling, maka diperoleh klasifikasi hazard risknya (apakah low, moderate atau high risk), semakin dekat jarak anomali dengan titik drilling maka potensi untuk terjadinya geohazard semakin tinggi.

Well, kurang lebih sekian yang dapat Penulis bagikan, jika memang ada yang kurang tepat mohon kritik dan sarannya


Referensi

Guidelines for the conduct of offshore drilling hazard site surveys Report No. 373-18-1 April 2011

Ahmad Farhan Farabi dan Eko Minarto, 2018, Analisa Anomali Bawah Permukaan Laut Menggunakan Data Side Scan Sonar, Subbottom Profiler dan 2D High Resolution Seismic, JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) ber (ITS)

Wahyu Wijonarko, Bandi Sasmito, dan Arief Laila Nugraha, 2016, Kajian Pemodelan Dasar Laut Menggunakan Side Scan Sonar Dan Singlebeam Echosounder, Jurnal Geodesi Undip April 2016 Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, (ISSN : 2337-845X) 168.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments