Pengolahan Data Seismik

By Widia Anggraeni - January 11, 2018

Pengolahan data seismik untuk data marine sedikit berbeda dengan data land. Pengolahan data seismik tersebut terdiri dari tahap-tahap hingga hasil akhir berupa dara sesimik yang telah termigrasi.
Secara umum pengolahan data seismik terdpaat beberapa tahap (Yilmaz 1987 dalam Reynolds 1998).
a.       Field Tapes (data input observed logs)
b.      Preprocessing
- Demultiplex
- Editing
- Gain Recovery
- Field Geometry
- Application of field statics
c.       Dekonvolusi
-          Dekonvolusi
-          Trace equalisation
d.      CMP Sorting
e.       Velocity Analysis
-          Residual Static
f.       Velocity Analysis
g.      NMO Correction
h.      Stacking (Brute Stack Display)
-          Time Variant Filter
-          Gain
i.        Migration

3.1.1   Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysicists). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan 6 format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri (Sanny, 2004).

3.1.2   Demultiplexing
Sinyal yang direkam pada akuisisi data seismik memiliki area survey yang luas sehingga diperlukan digitasi pada selisih waktu yang kecil yang dikenal dengan sampling interval. Dalam perekaman tersebut dilakukan penyimapanan data dalam bentuk multiplexed time sequential dengan hasil perekaman mengandung sample pertama dari trace (trace 1, sample 1, dn seterusnya). Sehingga dalam pengolahan data seismik dilakukan demultiplexing dengan mengubah dari time sequential ke trace sequential atau dalam mengatur kembali urutan sampel tersebut berdasarkan kelomok tracenya, dalam format ini juga dari satu trace memiliki satu blok yang dapat diatur ke diskrit dataset data seismik pada pita magnetik dari lapangan ditulis menurut kelompok sampel, bukan menurut kelompok kanal atau trace seperti pada gambar 9 yang telah terdemultiplex (Reynolds, 1998).

Gambar: Data Seismik Setelah di demultiplexing .segy (Yilmaz, 2001)

3.1.3   Geometry
Koreksi ini dilakukan dengan memberi alamat terlebih dahulu dengan mencocokkan antara data seismik terhadap data observer report. Untuk data seismik land terdapat observed report dalam tiga jenis yaitu  SPS (geometri source), XPS (geometri konfigurasi penembakan) dan RPS (konfigurasi Receiver) sementara untuk data marine terdiri dari data navigasi dengan format p190. Menurut (Jusri, 2004) proses pencocokan ini dimulai dari file number (terdapat di observer report) dengan file record yang ada pada data seismik yang direkam dalam 1 shot (dalam pita magnetik atau media penyimpanan yang lain). Satu shot direkam dengan satu file number sendiri. Data seismik dilengkapi dengan nomor shot dan nomor receiver-receiver yang mendapatkan source dari nomor shot tersebut. Pada beberapa software pengolahan data, CDP gather (Common Depth Point gather) dan shot gather termasuk dalam sub proses geometri.
Gambar: Modifikasi Shot Gathers Model Akuisisi (Reynolds, 1998 dan Shearer et al, 2009)

3.1.4   Editing
Trace yang terekam termasuk pula noise. Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama koheren noise, atau trace yang mati (tidak ada rekaman data melainkan noise, dan polaritas yang terbalik). Hal ini disebut editing atau muting. Pelaksanaan pengeditan secara efektif untuk menghilangkan dataset yang trace-trace yang buruk untuk meningkatkan kualitas data untuk tahap pengolahan lebih lanjut.  (Reynolds, 1998). Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw recordnya.

3.1.5   Gain Recovery (Spherical Divergence or Geometrical Spreading)

Perambatan gelombang seismik di bawah permukaan menyebabkan energinya hilang semakin jauh jarak penerima dari sumbernya. Dalam Gambar 11 menunjukkan total energi (E) yang dihasilkan dari tembakan secara langsung akan menyebar kesegala arah dengan radius (r) yang semakin meningkat seiring waktunya. Energi yang terhamburkan dengan lingkaran dirumuskan dengan total kuat energi adalah E/4πr2 (Reynolds, 1998).
Gambar: a) Fenomena bawah permukaan yang mengakibatkan pelemahan gelombang seismik. b) Spherical Divergence (Courtesy BP dalam Reynolds, 1998)

3.1.6   Denoise
Denoise ini merupakan tahapan dalam menghilangkan noise dalam data seismik dan memperkuat kualitas sinyal.
Noise merupakan gelombang yang tidak diinginkan dari suatu data seismik. Noise terdiri dari dua jenis yaitu koheren noise dan random ambeient noise. Koheren noise merupakan noise yang dihasilkan akibat peledakan yang dilakukan pada sumber saat akuisisi data, contoh dari noise koheren ini adalah gelombang permukaan atau ground roll yang memiliki amplitudo kuat, gelombang langsung dengan frekuensi tinggi, air blast yaitu penjalaran gelombang langsung melalui udara dan multiple adalah refleksi sekunder akibat gelombang yang terperangkap pada lapisan yang memiliki kontras densitas cukup besar. Sementara random noise bukan dihasilkan dari sumbernya, seperti noise lingkungan yaitu  angin, arus laut, kendaraan yang lewat saat perekaman dan lain-lain (Abdullah, 2007).
Jenis-jenis noise pada data marine antara lain: hidrostatic pressure variation noise (0-1(2)Hz) disebabkan oleh tekanan dari kedalaman streamer yang disebabkan oleh arus laut dan menekuknya streamer dalam denoising ini dapat menggunakan low cut filter, Swell noise (1-10(15)Hz) memiliki amplitudo yang tinggi yang diakibatkan arus laut baik dalam bentuk transversal atau terombang-ambing, denoising ini dapat menggunakan bandpass filter, tugging atau strumming noise dari kapal (3-10 Hz) dilakukan denoising dengan bandpass filter, Noise akibat baling-baling kapal dan interferensi gelombang seismik (Elboth et al, 2010).
Gambar: Noise dalam data seismik (Veeken, 2007)

Untuk demultiple hingga migrasi akan dimuat di post selanjutnya :)

Referensi:
Abdullah, A. 2007. Ensiklopedia Seismik Online.html. Jakarta
Elboth, T., D. Hermansen, and O. Andreassen, 2010, Attenuation Of Noise In Marine Seismic Data: EAGE Technical Program Expanded Abstracts, 71, 5658. Norwaygian Research Council.
Mustoin, Dkk, 2012, Pereduksian Multipel Data Seismik Offshore Menggunakan Metode Radon. ITS
Sanny, T.A. 2004, Panduan Kuliah Lapangan Geofisika Metode Seismik Refleksi. Dept. Teknik Geofisika, Itb, Bandung : 34 Hal.
Reynolds et al, 1998.  An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. John Wiley and Sons
Telford et al,. 1979. Applied Geophysics. Cambridge University Press, London, New York, Melbourne
Veeken, P.C.H. 2007. Seismic Stratigraphy, Basin Analysis And Reservoir Characterisation. Elsevier. Amsterdam. Victor. 2010. Seismic Method Iv. 
Yilmaz, O. 2001. Seismic Data Analysis Volume I. Society Of Exploration Geophysics. Tulsa.

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. mba perbedaan yang darat dan laut apa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hello Kak, Thank you for asking a question

      Darat dan laut tentu saja dari jenis equipmentnya berbeda seperti receiver di darat disebut sebagai geophone, sementara di laut disebut hydrophone (dalam rangkaian yang disebut streamer)

      Hasil dari akusisi juga akan memberikan data yang berbeda, seperti di laut umumnya ada multiple noise akibat perambatan gelombang yang memantul dari permukaan air. Sementara untuk di darat akan ada efek beda ketinggian yang harus dilakukan koreksi statis dan prosesing data seismik.

      Processing seismik baik laut dan darat memiliki karakter noise tersendiri, yang mana pendekatan processingnya juga harus disesusaikan.
      Terimakasih

      Delete