Hi!
rame ya kisruh si Zonasi PPDB
Apa sii Zonasi PPDB itu?
Zonasi PPDB yaitu penerimaan siswa baru berdasar sistem zonasi. Sistem ini menyebabkan siswa harus menuntut ilmu di sekolah yang berdekatan atau satu kawasan dengan tempat tinggalnya berdasarkan alamat di Kartu Keluarga, PPDB ini diatur dalam Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang PPDB pada TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Bentuk Lain yang Sederajat. isi tentang pasalnya juga bisa di lihat disini yaa [klik disini]
(Dokumetasi Penulis)
Opini dan sekelumit cerita si penulis
Bagi penulis, Zonasi PPDB yaaa antara setuju dan gak setuju.
Dulu waktu penulis SD satu kelas muridnya 11, anggap saja 11tahun lalu, nah tapi sampai saat ini SD itu ada yang murid sekelasnya hanya 8 orang. Sedikit sekali yaaa, penulis rasa kampung itu sudah ramai dan banyak anak kecil, hmhmm.. ternyata fenomena menyekolahkan anak ke SD favorit masih banyak tho..
Di sisi lain, mbanya penulis itu punya PAUD di depan rumah, ya gitu dapet muridnya dikit, penduduk kampung lebih suka menyekolahkan anaknya di PAUD/TK kampung tetangga yang bahkan muridnya sampe berjubel tapi masih nerima murid sebanyak-banyaknya.
Cerita penulis lagi nih, penulis dulu sekolah di SMP lokal yang sudah SSN dulu (sekarang standar-standaran udah dihapus). Sebelum UN, nilai rapor penulis lolos untuk seleksi penerimaan siswa baru SMA berstandar Internasional nomor 2 di Lampung (SMAN 1 Gading Rejo), Kemudian tes dan wawancara dengan bahasa Inggris alhasil penulis lolos dengan urutan 43 (bukan yang tanpa tes ya, tapi tes juga harus udah lolos seleksi berkas hehe), kalo ga salah itu urutan masuk untuk 2 kelas RSBI yg bilingual gitu (CMIIW yaa). Namun, dikarenakan keterbatasan finansial, bersamaan dg Mba penulis yg masih kuliah, mamas yang baru selesai SMK, jadi penulis ga melanjutkan di sekolah bergengsi itu.
Penulis lalu mendaftar di sekolah SMA satu-satunya di Kecamatan (rada kecewa awalnya, tapi orang tua mendukung "gpp sekolah dipenantian, yg penting nanti bisa kuliah"). Yoweslah aku di Penantian aja (note: Penantian itu nama desa dimana lokasi SMA itu berada). Pada saat itu SMA ku biayanya paling murah dan paling deket rumah hehe (Ciye udah menuhin aturan zonasi nii hehe).
Semasa di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Biarpun di Kampung, SMA satu satunya, tapi sekolah penulis memiliki guru-guru yang luar biasa lho (Terimakasih Bapak Ibu Guru yang sudah mengantarkan penulis hingga saat ini 😊)
Biarpun di Kampung, SMA satu satunya, tapi sekolah penulis memiliki guru-guru yang luar biasa lho (Terimakasih Bapak Ibu Guru yang sudah mengantarkan penulis hingga saat ini 😊)
Penulis menyatakan sekolah penulis itu ya sekolah pilihan terakhir, kenapa? karena banyak siswanya yang tertolak disanasini terus masuk sekolahnya penulis, sediihhhkan? iya begitulah keadaannya. Kalo dari SMP penulis, dulu penulis di kelas 9.A itu kelas unggulan, dari kelas banyak yang sekolahnya jauh-jauh ke SMA yang favorit gitu-gitu.
Penulis menyadari motivasi anak-anaknya untuk belajar dan sekolah itu kurang banget, karena di kampung kali yaa.. jadi motivasi mereka itu sekolah yang penting lulus, dapet ijasah buat cari kerja di PT PT. ya mungkin kondisi ekonomi juga mempengaruhi ya.. apalagi kalo orang tuanya udah ga mendukung anaknya untuk nerusin di jenjang Perguruan Tinggi. Angkat tangan dehh penulis🙅
Kalau sekolah itu ya, jam masuk pelajaran ni, ada yang bolos? dimana bolosnya? maen bola di lapangan. Duh, bukannya menjelekkan ya, cuma pengen berbagi kondisi pada saat itu aja (semoga saat ini sudah lebih baik.. aminn)Yaitu tadi, motivasinya kurang jadi keinginan untuk belajarnya juga rendah.. begitupula pas pelajaran di kelas. Pokoknya guru-guru di SMA penulis itu luar biasah banget sabarnya mengahadapi murid yang begini.
Penulis menyadari motivasi anak-anaknya untuk belajar dan sekolah itu kurang banget, karena di kampung kali yaa.. jadi motivasi mereka itu sekolah yang penting lulus, dapet ijasah buat cari kerja di PT PT. ya mungkin kondisi ekonomi juga mempengaruhi ya.. apalagi kalo orang tuanya udah ga mendukung anaknya untuk nerusin di jenjang Perguruan Tinggi. Angkat tangan dehh penulis🙅
Kalau sekolah itu ya, jam masuk pelajaran ni, ada yang bolos? dimana bolosnya? maen bola di lapangan. Duh, bukannya menjelekkan ya, cuma pengen berbagi kondisi pada saat itu aja (semoga saat ini sudah lebih baik.. aminn)Yaitu tadi, motivasinya kurang jadi keinginan untuk belajarnya juga rendah.. begitupula pas pelajaran di kelas. Pokoknya guru-guru di SMA penulis itu luar biasah banget sabarnya mengahadapi murid yang begini.
Melihat kondisi yang seperti itu, pasti ada lah satu dua murid disetiap angkatan yang berpotensi untuk kedepannya (contohnya penulis hahaha, bukan sombong ya. maksudnya, penulis bisa masuk di RSBI, eh malah sekolah di kampung, ya sayang aja gitukan klo ga dibimbing buat berkembang). Kerennya, meskipun sekolahan kampung tapi gurunya punya ide untuk mengembangkan segelintir murid yang berpotensi, bahkan penulis dan kawan-kawan sejak kelas X sudah di kumpulkan dan diprogram intensif serta persiapan buat meneruskan di pendidikan tinggi. Guru memilih yang berpotensi nih, tapi kalau ada murid yang keinginannya tinggi juga bisa gabung, kita difasilitasi tambahan belajar setelah pulang sekolah (umumnya latihan latihan buat persiapan lomba-lomba). Ya memang si anaknya itu itu saja, mau lomba LCT ya itu, English Club ya itu, Olimpiade ya itu, lah pokoknya kalo lomba akademik anak-anaknya itu itu mulu hahaha.
Sedikit bangga dengan angkatan penulis kala itu, meskipun kami dari sekolah yang tak seberapa tapi kami mampu mengungguli di berbagai bidang di kompetisi olimpiade tingkat kabupaten. Mulai dari Juara I OSK kebumian (penulis dan dua senior dalam 3tahun berturu-turut), II OSK Fisika (Sinta Novita), II OSK Astronomi (Hanifa Sherliyana), I OSK Kimia (Kak Sukamto), I OSK TIK (Andri Saputra), II OSK Biologi (Sri maryani), Kak Erlina, Kak Andriyan, Kak Edy, dan masih ada beberapa lagi piala yang kami sumbangkan untuk sekolah. Dengan hasil akhir lulus SMA, hampir semua dari kami lolos SNMPTN di Universitas Lampung. Dan salah satunya, Kak Sukamto yang lulus S1 dengan predikat Cumlaude ini, sekarang ia memperoleh beasiswa LPDP di UGM untuk program S2. Keren bukan? Keren donk hehe.
Meskipun sekolah di kampung penulis tetep bisa masuk PTN dg jalur tanpa tes (eh tapi mungkin kalo aku di SMA keren targetan pasti udah ga Unila haha, UI lah ITB gitu gitu kayaknya. Karena penulis tau kemampuan diri lolosnya yaudah ah Unila aja).. ya sebagian akan memandang Universitas Lampung yang memang bukan top 10 di Indonesia. Tapi bagi penulis dan kawan-kawan penulis itu adalah rejeki yang luar biasa untuk melanjutkan studi di PTN, apalagi lulusan dari SMA kampung yang berakreditasi B. ya walaupun awal kuliah penulis kesusahan banget sama kalkulus (sama si sekarang juga) karena kurang mateng dasarnya. Tapi penulis rasa, dulu pas SMA main-main jadi wajar pas kuliah masuk teknik, kalkulus penulis jeblok hehe)
Sedikit bangga dengan angkatan penulis kala itu, meskipun kami dari sekolah yang tak seberapa tapi kami mampu mengungguli di berbagai bidang di kompetisi olimpiade tingkat kabupaten. Mulai dari Juara I OSK kebumian (penulis dan dua senior dalam 3tahun berturu-turut), II OSK Fisika (Sinta Novita), II OSK Astronomi (Hanifa Sherliyana), I OSK Kimia (Kak Sukamto), I OSK TIK (Andri Saputra), II OSK Biologi (Sri maryani), Kak Erlina, Kak Andriyan, Kak Edy, dan masih ada beberapa lagi piala yang kami sumbangkan untuk sekolah. Dengan hasil akhir lulus SMA, hampir semua dari kami lolos SNMPTN di Universitas Lampung. Dan salah satunya, Kak Sukamto yang lulus S1 dengan predikat Cumlaude ini, sekarang ia memperoleh beasiswa LPDP di UGM untuk program S2. Keren bukan? Keren donk hehe.
Meskipun sekolah di kampung penulis tetep bisa masuk PTN dg jalur tanpa tes (eh tapi mungkin kalo aku di SMA keren targetan pasti udah ga Unila haha, UI lah ITB gitu gitu kayaknya. Karena penulis tau kemampuan diri lolosnya yaudah ah Unila aja).. ya sebagian akan memandang Universitas Lampung yang memang bukan top 10 di Indonesia. Tapi bagi penulis dan kawan-kawan penulis itu adalah rejeki yang luar biasa untuk melanjutkan studi di PTN, apalagi lulusan dari SMA kampung yang berakreditasi B. ya walaupun awal kuliah penulis kesusahan banget sama kalkulus (sama si sekarang juga) karena kurang mateng dasarnya. Tapi penulis rasa, dulu pas SMA main-main jadi wajar pas kuliah masuk teknik, kalkulus penulis jeblok hehe)
-----
Ibaratkan bibit tanaman unggul yg ditanam di tanah gersang, yaaa tak akan sebaik bibit unggul yg ditanah subur, berbuah tapi kualitasnya tak seunggul yg dilingkungan subur. Hal yg membuat unggul salah satunya lingkungan.
Kalau penulis boleh memilih penulis akan memilih naik sepeda diantara mereka yang naik motor, kenapa? karena penulis akan terpacu untuk semakin kuat mengayuh pedal sepeda untuk menyamai posisi mereka.
Penulis merasa beruntung tidak ikut terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik selama masa remaja. Bagi penulis, lingkungan sangat mendukung membentuk si anak mau kemana, apalagi SMP SMA itu masanya remaja yang belum tahu benar mana yang baik mana yang tidak, mereka cenderung akan memilih sesuatu yang nyaman dan mendukung keberadaan mereka (terlepas itu baik atau buruk). Pada dasarnya itu kembali lagi ke si anak ya (bibitnya, potensi dan kemampuan adaptasi yang positif dengan lingkungan).
Ringkasannya:
Terkait cerita awal penulis Pro dengan Zonasi PPDB
Cerita kedua, penulis Kontra dengan Zonasi PPDB, ketika anak kampung berpotensi untuk dapat berkembang lebih apalagi dapat beasiswa di sekolah unggulan kenapa tidak??
Jadi, kalau kebijakannya zonasi supaya siswa pintar merata, ya Guru guru unggul dan berprestasinya juga harus didistribusikan, supaya standar pendidikannya merata 😊😊